BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memproduksi sesuatu memerlukan perangkat perkakas dan mesin yang dapat digunakan yang tepat dan ekonomis. Pemilihan mesin atau proses yang tepat sangat menentukan. Selain itu pemilihan juga ditentukan jumlah benda yang akan dibuat. Umumnya jenis mesin tertentu diciptakan untuk memenuhi hasil (out put) tertentu pula. Untuk pekerjaan untuk jumlah kecil atau sesuai pesanan, mesin bubut merupakan pilihan terbaik karena mesin tersebut disesuaikan dengan tugas pekerjaan, harganya murah pemeliharaannya mudah dan serbaguna. Pemilihan mesin atau proses yang terbaik untuk membuat produk tertentu memerlukan pengetahuan mendasar mengenai segala kemungkinan proses produksi. Meskipun kebanyakan suku cadang dapat di buat dengan beberapa cara, umumnya ada satu cara yang paling ekonomis. Pada proses pemesinan, dengan tujuan untuk mencari cara yang paling ekonomis dan menghasilkan produk yang sesuai dengan karakteristik yang diinginkan yang sesuai dengan gambar teknik yang diinginkan, maka perlu diusahakan menekan kesalahan-kesalahan. Sampai saat ini masih ada hasil dari proses pemesinan yang masih kurang memenuhi standart yang telah ditentukan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, misalnya ketidaktepatan pemilihan benda kerja dengan cetak mesin dan keterbatasan teknologi yang dipergunakan untuk proses permesinan terutama pada industri atau bengkel kerja. Dalam hal ini penggunaan set up dalam proses produksi yang tidak tepat oleh oprator juga mempengaruhi kualitas hasil produksi, karena oprator bekerja berdasarkan pengalaman dan tidak memperhatikan teori yang ada. Dalam yang harus diterapkan adalah machinability, yang dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu logam atau metal yang dapat diraut atau dipotong dengan mesin perkakas yang sesuai. Kriteria yang dapat dipakai untuk mennyatakan machinability suatu proses-proses perautan adalah umur pahat yang lebih lama, gaya potong yang rendah dan permukaan akhir yang halus. Mengngat begitu pentingnya arti kekasaran suatu komponen terutama poros, maka harus dapat dibuat produk yang mempunyai tingkat kekasaran yang sesuai dengan kriteria. Tingkat kekasaran akan sangat dipengaruhi oleh sifat mekanis benda kerja dan set up mesin. 1.2 Rumusan Masalah Bila membuat suku cadang, tidak mungkin untuk menyelesaikan semua bidang suku cadang sampai licin dengan sempurna. Tiap bidang selalu memiliki sedikit kekasaran permukaan. Tidak pula selalu diperlukan menyelesaikan tiap bidang sampai licin sekali. Berapa besarnya atau berapa kecilnya permukaan itu seharusnya tergantung dari pelaksanaan suku cadang itu. Untuk memperoleh hasil produksi permesinan (kehalusan) yang optimal atau mempunyai ketelitian geometri yang baik, maka dituntut suatu proses pengerjaan produk komponen yang tepat. Dalam hal ini harus digunakan benda kerja dan variable pemesinan yang sesuai dengan produk yang akan dihasilkan. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai hal tersebut agar memperoleh sifat mekanis benda kerja dan variable pemesinan yang tepat, untuk mendapatkan tingkat kekasaran yang sesuai kriteria. Persoalan yang timbul adalah sebagai berikut: ? Sejauh mana pengaruh variasi putaran spindle terhadap tingkat kekasaran pada benda kerja pada proses pembubutan yang menggunakan jenis pahat potong HSS ( High Speed Steels) ? Sejauh mana pengaruh variasi gerak makan terhadap tingkat kekasaran pada benda kerja pada proses-proses pembubutan yang menggunakan jenis pahat potong HSS ( High Speed Steels). ? Sejauh mana pengaruh variasi gerak makan terhadap tingkat kekasaran pada benda kerja pada proses-proses pembubutan yang menggunakan jenis pahat potong HSS (High Speed Steels). 1.3 Batasan Masalah Mengingat kompleksnya permasalahan dan keterbatasan alat uji, maka dalam pembahasan ini ditetapkan batasan dan asumsi sebagai berikut: 1. Data pemesinan berlaku untuk jenis pahat HSS (High Speed Steels). 2. Material specimen uji adalah Baja ST 37 dan Aluminium. 3. Mesin bubut • Merk : AMC 36 • Buatan : China • Range putaran spidle : 80 – 1200 rpm • Daerah gerak makan : 2 – 3000 mm/min • Daya motor : 3 Pk 4. Penggunaan geometri pahat distandarkan. 5. Penelitian hanya menganalisa pengaruh kecepatan potong, gerak makan dan kedalaman potong terhadap tingkat kekasaran specimen uji. 6. Tidak melakukan analisa gaya-gaya perpindahan panas dan perubahan struktur pada waktu pemotongan proses pembubutan. 7. Kondisi pemotongan dengan pendinginan udara. 8. Mesin perkakas yang digunakan dianggap dalam keadaan standart / baik dan oprator trampil. 9. Instalasi pemesinan dan pengoprasian mesin tidak dibahas secara mendetail. 10. Proses pembubutan materialsebelum dilakukan uji kekasaran permukaan dan proses pemanfaatannya setelah uji tidak dibahas. 11. Tidak membahas umur pahat 12. Mesin uji kekasaran • Merk : Mitutoyo Sj – 201 • Display unit : No 178 – 240 mm • Drive unit : No 178 – 230 mm • Detektor : No 178 – 390 mm • Tegangan input : AC 220 V , 12 Amp • Buatan : Japan 13. Alat uji kekasaran yang dipakai dianggap masih standart. 14. selain itu tidak dibahas 1.4 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui sejauh mana pengaruh putaran spidle yang bervariasi terhaadap tingkat kekasaran permukaan baja ST 37 dan alumunium dengan menggunakan pahat HSS ( High Speed Steels ) pada proses pembubutan. 2. mengetahui sejauh mana pengaruh gerak makan yang bervariasi terhadap tingkat kekasaran permukaan baja ST 37 dan aluminium dengan menggunakan pahat HSS (High Speed Steels) pada proses pembubutan. 3. Mengetahui sejauh mana pengaruh kedalaman potong terhadap tingkat kekasaran permukaan baja ST37 dan Aluminium dengan menggunakan pahat HSS (High Speed Steels) pada proses pembubutan. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada oprator untuk setting putaran spidle, gerak makan dan kedalaman potong yang sesuai sehingga mampu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. 2. Memberikan alternative pemecahan masalah dalam menentukan kecepatan putaran spindle, gerak makan dan kedalaman potong yang sesuai sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. 1.6 Metodologi Penelitian Untuk menganalisis permasalahan ini, maka metodologi yang diambil adalah sebagai berikut : A. Observasi Lapangan Merupakan langkah awal yang dilakukan penulis untuk mendapatkan informasi yamg berhubungan dengan objek penelitian. B. Studi Literatur Merupakan langkah penelusuran dan penelaah buku-buku referensi, untuk menambah wawasan teoritis yang lebih luas. C. Pengambilan Data Pengambilan data penelitian dilakukan di LABORATORIUM TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GAJAH MADA YOGYAKARTA 1.7 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pemahaman terhadap penelitian ini, maka dibuat sistematika penulisan dengan cara membagi menjadi beberapa Bab sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi : • Latar Belakang : ungkapan yang mendorong atau beragumentasi untuk melaksanakan suatu kegiatan sehingga munculnya masalah. • Rumusan Masalah : definisi, asumsi berupa konsep yang akan diuji atau dibuktikan. • Batasan Masalah : Ruang lingkup batasan masalah yang diteliti atau dihitung. • Tujuan : pertanyaan-pertanyaan yang dilandasi untuk menjajaki, menguraikan, menerangkan suatu gejala, konsep atau dugaan. • Metodologi : cara atau alat untuk mencari, mengumpulkan dan menganalisa data untuk menjawab kebenaran konsep. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi dasar teori tentang bahan baja yang akan digunakan, mesin bubut, proses pemesinan, proses bubut, pahat bubut yang digunakan, dan kekerasan permukaan. BAB III : METODA PENELITIAN Bab ini berisi tentang data-data yang digunakan untuk pengambilan data serta prosedur penelitian. BAB IV : ANALISA DATA Bab ini berisi perolehan data dan pentabelan hasil penelitian yang kemudian dibuat grafik untuk mengetahui hubungan hasil penelitian dengan dasar teori yang ada. Data pendukung pendukung pembahasan diambil dari Tinjauan Pustaka (BAB II) dan Metoda Penelitian (BAB III) BAB V : PENUTUP Bab ini merupakan kesimpulan atau jawaban dari rumusan masalah sehingga tercapainya tujuan yang berupa pernyataan akhir atau hipotesa baru. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN • Lampiran data pendukung • Lampiran penunjang penulisan • Lembar bimbingan skripsi.